Kamis, 10 Mei 2018

Harga Pertalite Naik, Premium Malah Langka

Harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite kembali naik terhitung 24 Maret 2018. Kenaikan ini menjadi yang kedua kali dalam 3 bulan terakhir. Di sisi lain, kenaikan harga Pertalite seiring dengan kelangkaan Premium di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).



Agen game bandarq online - Di SPBU wilayah Terogong, Jakarta Selatan, sudah sejak Januari 2018 tidak lagi menjual Premium. Sebagai gantinya, Pertamina memasok Pertalite ke SPBU tersebut.

"(Premium) Sudah enggak dipasok lagi, diganti Pertalite. Wah sudah lama ‎enggak ada, sudah dari Januari," ujar Rifai, petugas di SPBU tersebut pada Senin 26 Maret 2018.

SPBU di sekitar wilayah tersebut memang sud‎ah jarang yang menjual BBM Premium. Kalaupun masyarakat ingin mengisi kendaraannya dengan BBM RON 88 tersebut, harus mencari di SPBU tertentu.

Di SPBU yang menyediakan Premium pun pasokan tak selalu ada. Seperti yang terpantau di SPBU bernomor 34-17127, Jalan Chairil Anwar, Margahayu, Bekasi Timur. Hampir setiap sore, tak terlihat lagi antrean pada dispenser Premium.

Salah satu operator SPBU di Jalan Chairil Anwar, Ahmad, mengatakan pasokan BBM Premium dalam sehari biasanya mencapai 800 KL. Namun, stok tersebut rata-rata cepat habis. Khususnya, di hari kerja, dimana pengguna kendaraan drastis meningkat.

"Kalau dibilang langka, ya langka. Kemarin saja, sempat tersendat. Kalau pengirimannya normal, sampai siang juga sudah habis," kata Ahmad pada Sabtu 24 Maret 2018.

Ia mengakui bahan bakar Premium kerap habis menjelang sore. Soalnya, jatah yang diberikan Pertamina tidak dapat lagi menyuplai penuh kebutuhan pengendara. "Tiap malam itu, pengiriman 8 ton. Biasanya, sih 16 ton. Pengurangan itu, sejak akhir tahun lalu," jelasnya.

Kelangkaan Premium tersebut tak hanya terjadi di Jakarta. Pasokan Premium di SPBU Garut, Jawa Barat pun juga seret. Akibatnya, dalam dua pekan terakhir karyawan SPBU di Garut mendapat omelan dari konsumen karena tak tersedianya Premium.



judi poker - "Awalnya sih lancar, tapi mulai sekitar dua pekan terakhir (Premium) dijatah dua hari sekali, itu pun kadang-kadang telat," ujar Sarif (27), salah satu Petugas 34.44115 Ciateul, Tarogong Kidul, Menurutnya, penurunan pasokan Premium sudah cukup meresahkan masyarakat, terutama bagi kalangan pengguna angkutan kota (angkot) yang kerap menggunakan salah satu bahan bakar beroktan 88 tersebut.

Salah satu pengendara sepeda motor, Greg mengatakan, seharusnya kenaikan harga Pertalite bisa disampaikan lebih masif sehingga masyarakat tidak terkejut.

"Itu wajib (sosialisasi). Jangan sampai orang kaget terus ada salah pengertian. Kan kita sering isi (BBM), jadi sudah tahu takaran bahan bakar kita. Kalau naik artinya jumlahnya liternya berkurang dan kita belum tahu. Di situ bisa terjadi salah pahamnya," jelas dia.

Sementara, Rudy Ismantoro, warga Bekasi yang meggunakan motor sebagai alat transportasi, mengatakan BBM jenis premium belakang sulit didapat. Ia menilai pemerintah tengah memaksakan masyarakat agar beralih ke Pertalite atau Pertamax.

"Saya sih berharap jangan sampai langka. Kalau saya sih, enggak masalah beli Pertalite. Tapi, kasihan masyarakat di daerah yang lebih butuh," harapnya.

Sementara itu, harga BBM RON 90, yaitu Pertalite juga telah mengalami kenaikan. Di SPBU di bilangan Fatmawati, Jakarta Selatan, harga Pertalite dipatok sebesar Rp 7.800 per liter dari sebelumnya Rp 7.600 per liter. Kenaikannya Rp 200 per liter.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito, menyatakan penyesuaian harga BBM jenis Pertalite merupakan dampak dari harga minyak mentah dunia yang terus naik. Pada saat yang sama, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Menurut Adiatma, Pertamina sudah berupaya untuk bertahan dengan harga saat ini agar tidak membebani masyarakat. Namun, harga bahan baku yang meningkat tajam, mengharuskan harga BBM naik di konsumen akhir.

“Ini pilihan berat, tapi kami tetap mempertimbangkan konsumen, dengan memberikan BBM berkualitas terbaik dengan harga terbaik di kelasnya," kata dia.



domino qq - Adiatma menambahkan, kenaikan harga BBM Research Octane Number (RON) 90 tersebut, secara periodik dilakukan Pertamina sebagai badan usaha. Pihaknya juga mengapresiasi konsumen yang tetap memilih Pertalite sebagai bahan bakar bagi kendaraannya.

"Keputusan untuk menyesuaikan harga merupakan tindakan yang juga dilakukan oleh badan usaha sejenis. Namun, kami tetap berupaya memberikan harga terbaik bagi konsumen setia produk BBM Pertamina,” tutur dia.

Sedangkan mengenai Kelangkaan Premium, Adiatma mengatakan, dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014‎, maka Premium bukan BBM penugasan yang wajib disalurkan di wilayah Jawa, Madura dan Bali. Sehingga di tiga wilayah tersebut, Premium menjadi bahan bakar yang masuk kategori umum atau nonsubsidi.

"Ah kalau di Jawa lihat Perpres, di Jamali (Jawa, Madura dan Bali) tidak ada kewajiban Pertamina jual Premium. Bukan penugasan. Dia dimasukkan ke jenis bahan bakar umum," kata Adiatma, di Jakarta, Selasa (27/3/2018)

‎Menurut Adiatma, Pertamina saat ini mengacu pada Peraturan Presiden tersebut dalam menyalurkan BBM Premium.‎ Dia pun membantah jika terjadi kekurangan Premium. ‎"Enggak, kita kan sesuai Perpres saja. Boleh kita enggak jual Premium, itu boleh," ujarnya.

Meski masih satu jenis BBM, Premium di luar Jawa, Madura dan Bali berkategori penugasan. Hal ini juga diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014. Adiatma mengaku, Pertamina masih menjamin pasokan Premium di wilayah penugasan luar Jawa, Madura dan Bali

‎"Kalau di luar Jamali, JBKP jenis BBM Khusus Penugasan. Masih dijamin kalau itu (BBM Premium)," ucapnya.

Unit Manager Communication & CSR MOR III Pertamina Dian Hapsari Firasati menambahkan,‎ Pertamina tetap menyediakan Premium di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) wilayah Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Saat ini tercatat ada 743 SPBU yang menjual Premium di wilayah tersebut.

"Kami tetap menyediakan Premium untuk masyarakat yang masih menggunakannya‎," kata Dian.

Dian menuturkan, saat ini masih ada sejumlah masyarakat yang masih membutuhkan Premium, meskipun jumlahnya terus menurun. Berdasarkan data, penjualan Premium pada akhir 2017 menurun hingga 50 persen dibandingkan akhir 2016.

“Ini adalah indikasi bahwa masyarakat mulai mencari BBM dengan kualitas yang lebih bagus," tandas Dian.

0 komentar:

Posting Komentar